Berteman di “Dunia Maya”
Dunia internet bukan perkara baru bagi remaja sekarang. Juga bukan perkara aneh bin ajaib. Biasa saja, kok. Apalagi sekarang sarana untuk masuk ke dunia maya tersebut mudah didapat. Lihat saja warnet alias warung internet tumbuh bagai jamur di musim hujan. Dan itu juga merupakan peluang bisnis baru, cing. Soalnya, internet bukan lagi barang mewah, tapi seolah sudah menjadi kebutuhan paling dasar. Maka tak heran bila banyak orang berduit yang rame-rame buka rental internet. Pokoknya internet saat ini bukan mainan yang aneh, tapi udah standar bagi penduduk kota.
Main-main dengan internet memang asik. Kita bisa ‘jalan-jalan’ ke seluruh dunia, cari informasi ke berbagai tempat (situs), dengan hanya duduk di kursi, tangan memencet tuts keyboard atau menggerakkan mouse, mata melotot ke monitor komputer. Terus satu lagi, siapkan dana untuk bayar pulsa telepon bagi yang pakai jaringan telkomnet, atau biaya tambahan bagi yang memanfaatkan jasa penyedia internet (ISP) atau warnet. Mudah kan? Luar biasa, cuma dibatasi kabel dan monitor tapi kita bisa melanglang buana. Pokoknya, cuma ketik dan klik!
Oke deh, kayaknya pembaca Studia juga udah banyak yang gape soal internet, jadi nggak perlu dikasih tahu lagi soal cara-cara memakainya, kan? Yakin saja deh, asal tahu komputer dan bisa mengoperasikannya bukan perkara susah. Ya, tahu komputer dan bisa menggunakannya itu keahlian standar, jangan sampai ketika kamu mau mengaktifkan komputer, eh, kamu dengan konyol nyari-nyari tempat sumbunya (emangnya kompor?). Dan, paling-paling tambahannya adalah dompet kamu harus tebel. Oke kan?
Nah, yang perlu dibahas sekarang ini adalah bagaimana memanfaatkan internet dengan benar, baik, dan bertanggung jawab. Bukan apa-apa, keberadaan jaringan di dunia maya ini ‘dzatnya’ sendiri memang netral. Bisa digunakan untuk kebaikan, tapi juga bisa berjasa untuk kejahatan. Ya, ibarat televisi saja, mau dimasukin acara model apa saja kan tivi nggak pernah nolak. Iya nggak? Jadi tergantung siapa yang mengendalikan atau memakainya.
Ada banyak fasilitas di jaringan maya ini yang bisa bikin kita seneng. Mulai browsing (penelusuran), chatting (‘ngobrol’), kirim e-mail (surat elektronik), sampai bikin gank dengan teman-teman netter lewat fasilitas mailing list. Pokoknya heboh banget deh. Saat surfing kita bebas cari informasi, kecuali website tertentu yang memasang password. Jadi, kamu mau nyari info apa saja, insya Allah bisa kamu dapatkan dengan memanfaatkan search engine. Nah, mesin pencari ini akan memudahkan kita untuk mencari informasi yang kita inginkan. Sederhana sekali, kita cukup mengetik kata kunci di kolom yang telah disediakan, lalu klik icon Search. Mulai deh tuh mesin bekerja nyari kata yang kita inginkan. Kalau datanya udah ada di data base server, info itu bisa dimunculkan, tapi kalo belum ada, ternyata mesin itu akan nyerah juga, lho.
Omong-omong, fasilitas internet yang banyak digandrungi para penggunanya—khususnya remaja—ternyata adalah chatting dan e-mail. Sementara untuk browsing boleh dikatakan jarang disentuh. Tentu kamu pengen tahu, kenapa bisa begitu. Ya, dibanding browsing, chatting atau kirim e-mail jauh lebih seru. Soalnya kita bisa berteman dengan mereka yang kita sendiri nggak tahu di mana ia berada—kecuali yang udah kenal sebelumnya.
Di antara chatting dan e-mail, yang paling seru dan banyak digandrungi remaja adalah chatting. Soalnya, fasilitas ini interaktif banget. ‘Ngobrol’ via keyboard ini memang asik. Kita bisa saling tukar informasi dan ngomong apa saja, dan ajaibnya saat itu juga kita bisa berkomunikasi langsung dengan teman misterius kita. Nggak heran pula bila akhirnya fasilitas chatting bisa dipake untuk pacaran. Weleh weleh problem baru deh. Iya, namanya juga benda, bisa digunakan untuk apa saja. Pendek kata, internet bisa jadi pahlawan tapi juga bisa jadi pengkhianat. Jadi, harus hati-hati.
Fasilitas Baru, Problem Baru
Perkembangan teknologi ini patut diacungi jempol, tapi juga wajib diwaspadai. Karena siapa tahu justru akan makin memudahkan musuh-musuh Islam dalam menghancurkan kaum muslimin dari ‘dalam’. Maksudnya lewat perang pemikiran dan perang budaya, lambat laun kepribadian Islam kaum muslimin memudar dan lenyap. Saat itulah Islam mudah untuk dilumpuhkan.
Meski sekarang udah bukan jaman onta gigit besi lagi, tapi harus diketahui bahwa hukum-hukum umum yang sudah berlaku sejak dulu tetap menjadi acuan. Biarpun teknologi udah canggih, tapi kan inti masalahnya tetap sama. Mencuri di jaman Nabi, mungkin sangat sederhana caranya, tapi sekarang lewat internet orang bisa membobol rekening miliaran rupiah dengan tak perlu bersusah payah membongkar brankas sebuah bank. Namun hukum mencurinya tetap dosa. Paling yang agak kesulitan adalah melacak siapa pelakunya.
Sekali lagi, teknologi memang ibarat pisau bermata dua, bisa baik dan bisa jahat. Meski begitu kita tetap menghargai sebuah perkembangan jaman, kok. Inilah barangkali hikmah bahwa manusia itu diberikan akal, jadi bisa berkembang. Dan untungnya juga, hewan nggak diberi akal, kalau hewan diberi juga, kita bisa kewalahan. Bisa dibayangkan bila hewan diberi akal. Wah, nyamuk saja mungkin sudah hebat teknologinya dalam menyedot darah manusia. Udah pake pompa kali (he..he..he..)
Khusus untuk masalah chatting dan kirim e-mail, bila itu digunakan nggak benar, misalnya untuk pacaran, bisa gawat dan berabe, Non. Karena, sebagai seorang muslim kamu tetap terikat dengan hukum Islam atas perbuatan kamu. Nggak bisa bebas juga. Kalo dulu pacaran ngumpet-ngumpet untuk ketemu dengan pasangan kita. Sekarang? Masih juga ngumpet sih, tapi di dunia maya. Nah, harus hati-hati, jangan sampai kita terkena hukum memanfaatkan sarana yang bisa menghantarkan kepada yang haram. Dan kalo sampai punya hubungan ‘darat’ dengan teman misterius kita bisa gawat. Hati-hati, lho!
Di luar negeri pernah ada kejadian parah, seorang cewek diperkosa cowok online-nya, ketika janjian ketemu. Mungkin saja saat chatting kamu agresif banget, hingga dikiranya kamu cewek gampangan. Atau kamu biasa saja, tapi dasar cowoknya aja punya niat buruk. Berabe kan?
Nah, inilah yang bakal kita kupas abis, jangan sampai kamu ditipeng atau dikibulin oleh teman online kamu. Pokoknya nggak ada jaminan benar, karena siapa tahu, teman kamu yang diajak chatting atau dikirimi e-mail, ternyata berbohong. Misalnya, pakai nama perempuan, padahal sejatinya cowok atau sebaliknya, siapa tahu kan?
Memang, terus terang bila kita ngikutin hawa nafsu doang, keberadaan fasilitas chatting dan kirim e-mail bisa dijadikan sarana untuk bersenang-senang sebebasnya. Tapi inget, sebagai seorang muslim, kita tetap wajib terikat dengan aturan hukum Islam. Nggak bisa sembarangan berbuat. Memang enak banget kan, kita bisa bersembunyi di balik e-mail atau nickname saat chatting. Kita bisa bebas nulis apa saja, dan kita bisa bicara apa saja. Dari yang sopan sampai yang jorok. Nggak bisa dicegah begitu saja. Bayangkan, bila tiba-tiba teman online kita mengirimkan instant message yang melecehkan kewanitaan kita misalnya. Waduh, kesel juga kan? Dan yang paling mungkin kita lakukan adalah kirim balik sambil menegur atau men-delet pesan tersebut. Tapi nggak bisa berbuat apa-apa kan? Karena kita nggak tahu sejatinya pengirim pesan tersebut.
Benar-benar fasilitas baru, problem baru, nih. Tapi kamu nggak usah bingung, soalnya Islam selalu punya solusi atas problem manusia. Yakin deh, bahwa Islam bukan hanya mengatur urusan ibadah ritual belaka. Islam nggak cuma ngurus sholat, puasa, zakat, nikah, tapi Islam juga hebat dan unggul dalam mengatur masalah politik, pendidikan, ekonomi, pemerintahan, militer, juga masalah sosial (kemasyarakatan). Pokoke, untuk semua problem kehidupan manusia, Islam punya jawabannya.
Jangan Mudah Tergoda
Nah, itu pesan jitu. Bukan apa-apa, waspada itu mutlak, lho. Untuk apalagi kalo bukan untuk penjagaan diri. Jangan sampai kamu terjerumus ke dalam kerusakan dan kesesatan, ujung-ujungnya ya nanti dapet dosa, Brur. Ih, ngeri dong.
Ya, teman-teman remaja juga udah paham, kalo berteman di dunia maya lebih oke dan seru. Nggak ada yang ngerecokin kalo kita mau sayang-sayangan dengan cowok or cewek online kita. Nggak ada yang usil. Soalnya, di warnet aja kita cukup disediakan ruangan sempit. Yang cuma bisa ditempati sendirian atau berdua. Yang lain? Ah, mereka kan lagi asik juga dengan gebetan maya-nya. Itulah, kenapa kita wanti-wanti terus.
Kata sebagian orang, dunia internet adalah dunia penuh kepalsuan dan kebohongan. Jadi, hanya dengan keimanan dan ketakwaanlah yang akan membuat orang tidak mau berbuat nakal dan maksiat. Dengan kata lain, takwa individu wajib dikembangkan dan dipelihara. Supaya para netter itu nggak nakal dan menghalalkan segala cara. Sebaliknya, kalo udah memiliki ketakwaan, mereka akan tetap menjaga kesopanan, dan tentu akan bertanggung jawab dengan segala perbuatannya dalam memanfaatkan jaringan maya itu.
Jadi gaul soal teknologi sah-sah saja. Nggak ada yang ngelarang, kok. Yang penting kamu bertanggung jawab; baik kepada dirimu, kepada Allah, dan juga kepada manusia yang lain. Itu yang penting. Internet nggak haram. Itu teknologi. Nggak masalah. Tapi yang jadi masalah, bila kamu memanfaatkannya untuk yang nggak bener. Seperti, chatting dengan tujuan untuk pacaran, kirim-kirim e-mail cinta; ngegoda, ngerayu, sampai bikin janji untuk mengadakan pertemuan di ‘darat’, atau juga digunakan untuk menghina orang lain, dan menjadi provokator. Wah, itu semua kegiatan yang tidak bertanggung jawab. Dan tentu saja bisa menghantarkan kepada perbuatan dosa.
Oya, kalau pun kamu harus menggunakan internet untuk keperluan kirim e-mail atau chatting, pastikan bahwa yang kamu lakukan itu tetap menjaga etika Islam. Jadi dalam chatting atawa nge-gank bareng teman-teman online kamu lewat fasilitas mailing list, kamu musti hati-hati juga. Jika kamu mendapatkan instant message yang nggak bener, seperti ngerayu, ngegoda, sayang-sayangan, apalagi sampai tak senonoh, nggak usah ditanggapin. Pokoknya, kamu jangan terpancing untuk meladeninya. Jangan tergoda deh. Apalagi agresif melayaninya. Bisa gawat. Nggak mustahil kan bila kemudian berlanjut ke alam nyata? Siapa tahu?
Perlu Peran Negara
Kamu perlu tahu, bahwa kondisi ini sulit untuk dibereskan bila tidak ada peran dari kekuatan sebuah negara. Kalo cuma individu yang berjuang, kayaknya masih rentan terhadap goncangan. Idealnya, tiga pilar harus digabungkan; ketakwaan individunya tinggi, kontrol masyarakatnya ketat, dan penerapan aturan dan sanksi oleh negaranya kuat dan tegas. Insya Allah dijamin emoy!
Nah, itu semua nggak bakalan terwujud dengan baik, bila sistemnya masih seperti sekarang. Kenapa dengan sistem sekarang? Wow, jangan harap sistem demokrasi bisa menyelesaikan problem kehidupan. Yang ada justru membuat problem. Seperti yang kita saksikan sekarang, demokrasi telah gagal total dalam menata kehidupan. Nah, termasuk untuk urusan yang satu ini, masalah internet. Negara nggak bisa mengatur. Kenapa? Karena negara juga udah pusing duluan. Mau dilarang, salah. Nggak dilarang juga salah. Soalnya dalam sistem demokrasi negara membolehkan dan melegalisasi hak-hak individu. Individu mau berbuat apa saja, asal tidak mengganggu individu lain, ya, sah-sah saja. Jadi negara kebingungan sendiri. Nah, di sinilah salah satu kerusakan sistem demokrasi, yakni menerapkan kebebasan bertingkah laku—yang merupakan bagian dari HAM.
Buktinya kan sekarang. Coba lihat, untuk mengatur urusan internet saja negara sudah amburadul, nggak bisa menertibkan. Ditambah lagi dengan yang memanfaatkan jasa internet udah nggak memperhatikan aturan syariat Islam lagi. Mentang-mentang bisa menyembunyikan identitas dirinya, lalu bisa berbuat apa saja, termasuk yang melanggar aturan syariat Islam. Guaawat iki!
Padahal seorang pemimpin itu akan dimintai tanggung jawabnya dalam mengatur rakyat. Bener atau nggak dalam mengaturnya.
عَنِ النَّبِيِّ صَلَّى اللَّهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ قَالَ إِنَّمَا الْإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ فَإِنْ أَمَرَ بِتَقْوَى اللَّهِ عَزَّ وَجَلَّ وَعَدَلَ كَانَ لَهُ بِذَلِكَ أَجْرٌ وَإِنْ يَأْمُرْ بِغَيْرِهِ كَانَ عَلَيْهِ مِنْهُ *
Nabi s.a.w bersabda: “Sesungguhnya seorang imam (pemimpin) itu merupakan pelindung. Dia bersama pengikutnya memerangi orang kafir dan orang zalim serta memberi perlindungan kepada orang-orang Islam. Sekiranya dia menyuruh supaya bertaqwa kepada Allah dan berlaku adil maka dia akan mendapat pahala, akan tetapi sekiranya dia menyuruh selain dari yang demikian itu, pasti dia akan menerima akibatnya” (HR. Bukhari dan Muslim)
Padahal kalo negara menerapkan aturan dan sanksi dengan benar; yakni sistem Islam, kayaknya nggak bakalan ada yang mau berbuat maksiat. Yang berzina saja ada hukumannya. Firman Allah Swt.:
الزَّانِيَةُ وَالزَّانِي فَاجْلِدُوا كُلَّ وَاحِدٍ مِنْهُمَا مِائَةَ جَلْدَةٍ وَلَا تَأْخُذْكُمْ بِهِمَا رَأْفَةٌ فِي دِينِ اللَّهِ إِنْ كُنْتُمْ تُؤْمِنُونَ بِاللَّهِ وَالْيَوْمِ الْآخِرِ وَلْيَشْهَدْ عَذَابَهُمَا طَائِفَةٌ مِنَ الْمُؤْمِنِينَ
“Perempuan yang berzina dan laki-laki yang berzina, maka deralah tiap-tiap seorang dari keduanya seratus kali dera, dan janganlah belas kasihan kepada keduanya mencegah kamu untuk (menjalankan) agama Allah, jika kamu beriman kepada Allah, dan hari akhirat, dan hendaklah (pelaksanaan) hukuman mereka disaksikan oleh sekumpulan dari orang-orang yang beriman.” (QS. an-Nûr [24]: 2)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar