Sabtu, Februari 13, 2010

Valentine’s dan Budaya Global

Hari Valentine’s memang kerap bikin heboh remaja (bener ga Sob??). Gimana nggak heboh, di hari itu, semua orang—khususnya remaja—merasa ‘diwajibkan’ untuk memberikan perhatian yang lebih terhadap orang-orang yang dikasihinya (apa ga mantap tuh….). Pada hari itu semua orang di seluruh dunia merasa terpanggil untuk menumpahkan kasih sayangnya (air kali ditumpahin hehehe J). Meski sebetulnya yang terjadi kemudian adalah ajang baku syahwat yang sangat liar. Nah, itu fakta dari tahun ke tahun. Budaya bejat yang seolah sudah menjadi bagian tak terpisahkan dalam kehidupan remaja itu terus berlangsung sampai hari ini. Dan bukan tak mungkin akan menjasad dalam kehidupan kita bila tidak segera diubah (Noh loh….kamu ikutan ga tuh Sob)
Valentine’s adalah pesta remaja sedunia (Sedunia? Emang ini dunia saiapa y? hehe). Yap, karena yang melakukan bukan cuma kamu dan teman-teman kamu di sini, tapi pesta itu sudah menjadi hajatan global (waduh pasti banyak makanan y lo hajatan…). Artinya, hajatan resmi sedunia. Menjelang tanggal 14 Februari semua orang di seluruh dunia dibikin sibuk—khususnya remaja. Segala perlengkapan pesta mulai disiapkan; balon, pita warna-warni, kostum spesial, minyak wangi dan asesoris lainnya, juga nggak ketinggalan kado istimewa buat sang kekasih pujaan hati. Dan kamu pun pasti udah paham bahwa pelaksanaan pesta “Kasih Sayang” itu akan berubah menjadi ajang gaul yang liar dan bebas nian. Gimana nggak bebas, cowok-cewek gabung jadi satu, bahkan bukan tak mungkin terjadi baku syahwat. Karena justru hal itulah yang sebenarnya menjadi tujuan mulianya. Wow, Asyik tuh bagi pelaku maksiatnya!!!

Sekedar tahu saja, sejatinya pesta itu bukan berasal dari ajaran Islam Sob. (INGET Son NON MUSLIM). Tapi pesta itu awalnya adalah bagian dari ritual para penyembah berhala di Yunani, tapi kemudian pada perkembangan berikutnya pesta ini ‘dimodifikasi’ oleh para petinggi Kristen untuk mengenang kematian Saint Valentine yang dipenggal penguasa Roma. Jadi memang nggak ada dalam kamus ajaran Islam pesta tersebut (untuk mengingat kembali, kamu bisa buka Studia edisi 003/Tahun I). (Tuh kasih referensinya deh kalo ga percaya, baik kan guwe!!)
Nah, pembahasan soal Valentine kali ini akan kita fokuskan pada pengaruh budaya global. Tepatnya ekspansi budaya global. Ini perlu kamu ketahui, karena pesta Valentine adalah bagian dari upaya globalisasi gaya hidup. Globalisasi adalah upaya orang-orang Barat—yakni musuh-musuh Islam—untuk menyamakan persepsi yang ada dalam benak mereka dengan orang-orang lain di seluruh dunia. Tapi celakanya, persepsi yang diemban oleh mereka kebanyakan adalah persepsi-persepsi yang berbahaya (Musti wasapada Sob!!). Yang pada gilirannya nanti mereka bisa menguasai dan mengendalikan orang-orang di belahan dunia lain untuk tunduk dan patuh dengan apa yang mereka inginkan. Walhasil, globalisasi adalah senjata Barat dan Amerika yang cukup berbahaya dan sangat mengancam kehidupan kita. (Hidupmu mau Aku Ancam??? “kata orang barat)
Coba kamu perhatiin deh Sob, sekarang orang Indonesia pun udah merasa bangga bila makanan, hiburan, maupun dandanannya adalah yang juga disukai dan dipakai oleh orang-orang Barat dan Amerika. Jujur saja, masih banyak teman remaja yang geregetan pengen makan di resto Amerika ketimbang ‘nongkrong’ di warung yang menjajakan makanan pribumi. So, mungkin kamu juga merasa besar kepala bila tanganmu menenteng jajanan McDonald’s atawa minuman Coca-Cola. Iya kan? Ngaku aja deh! (Idih, nuduh neh…… padahal kan bener!! Hehe)
John Naisbitt dan Patricia Aburdene yang mengarang buku Megatrends 2000 mengungkapkan bahwa dunia ketiga akan dibanjiri produk-produk dunia maju. So, sekarang udah kejadian, tuh. Food, Fun, dan Fashion di seluruh dunia hampir seragam. Seolah produk-produk tersebut sudah menjadi daftar belanjaan rutin yang wajib dipenuhi. Semua orang di seluruh dunia makan makanan yang sama: humberger, hotdog, pizza, spaghetti, dan yang lainnya (wuidihhhh makanan apa tuh ya?). Anak-anak di seluruh dunia bicara dan bercerita tentang hiburan yang sama, dari mulai film, video game, musik, sampai nyanyian. Kamu pasti udah biasa nonton film-film keluaran Hollywood. Produk Hollywood sudah menjadi bagian dari kehidupan kita. Lalu siapa sih yang nggak gaul dengan mesin fantasi keluaran Sony Corp? Yang udah nyetel dengan mesin fantasi itu pasti kenal banget dengan yang namanya PlayStation. Apalagi ada ‘sekuel’-nya—PS 3. Dijamin kagak bete lagi tuh hidup…… (hemmm yang ini juga kudu diwaspadai efeknya Sob)
Kalo soal musik dan nyanyian? Wow, jangan ditanya deh, dari mulai penyanyi sampai grup musiknya anak-anak ndeso di sini juga udah hapal betul (bener gat uh…). Karena televisi dan radio getol memutar lagu-lagu ‘bule’ itu. Walhasil, nyanyian dan musik menjadi seragam di seluruh dunia. Begitupun dengan urusan mode, semua orang di dunia ingin berdandan dengan model pakaian yang sama dengan yang udah dipakai supermodel dunia yang dipamerkan di rumah mode kelas dunia pula. Pokoknya, seragam! (hari senin upacara soalnya,…. Ups bukan Sob salah)
Nggak terkecuali masalah budaya dan gaya hidup lainnya—termasuk pesta valentine ini. Akibatnya, semua anak remaja di seluruh dunia—termasuk di sini—merasa perlu untuk merayakannya. Bener kan? (hayo ngaku kamu…..!!)
Ini namanya globalisasi, Sob. Malah bila kita mau rajin menelusuri, ternyata persoalan itu hanya bagian kecil dari rencana licik Barat dan Amerika untuk menguasi dunia—khususnya dunia Islam. Karena yang lebih berbahaya dari itu masih banyak. Contohnya? Wah, kamu juga kudu gaul tampaknya neh Sob. Ya, sistem kehidupan yang selama ini mengatur kehidupan kita itu nggak lepas dari rencana jahat mereka dalam menguasi dunia Islam. Lihat saja, semua negeri Islam sepakat mengamalkan dan bahkan membela matian-matian sistem demokrasi—produk hukum mereka yang rusak itu. Nggak terkecuali di negeri ini. Nah, itu juga adalah bagian dari globalisasi, Sob. Bahaya memang! (Pusing tuh kalo dipikirin…..)
Sebuah Tantangan
Sekali lagi, nggak usah heran bila kita dan adik-adik kita bicara tentang film yang sama. Meski nggak seluruh film buatan Hollywood memang—bisa juga dari Jepang, Inggris, Jerman, dan bisa jadi Indonesia kalo mampu memproduksi film untuk konsumsi dunia (kapan ya Indonesia bisa memproduksi film yang mendidik?? Sinetronnnnnn mulu yang dibikin, kalo ga Pocong, Kuntilanak. Ada kali nanti kuntil bapak dan anak heheheh) .
Tapi perlu diingat, meski demikian biasanya Amerika akan menerapkan standardisasi tertentu untuk membatasi gerak dunia ketiga agar jangan sampai mengalahkan dominasi mereka.
Namun, harus diakui bahwa dampak dari globalisasi itu bukan berarti salah semua. Masih ada sisi baik—meski sedikit—dari globalisasi ini. Contohnya perkembangan iptek yang kian pesat. Baik teknologi informasi: seperti internet dan komputer, juga teknologi militer, kimia, biologi, fisika, dan teknologi ramah lingkungan lainnya (Berarti ga boleh su’udzon Sob!!).
Dipikir-pikir, emang Ibarat ‘pisau’ bermata dua. Artinya bisa kita pakai untuk menikam, tapi juga bisa menikam kita. Weleh weleh, ribet juga ya? Di sinilah perlunya kita membentengi diri dengan ‘ilmu’ yang cukup. Perkembangan ini kan bisa baik tapi sekaligus bisa jahat. Maka sikap bijaksana itu wajib kita miliki. Supaya nggak keburu nafsu menghukumi yang halal menjadi haram—atau sebaliknya. Apalagi kalo sampai terjebak menjadi pengikut budaya global yang nggak bener. Itu sih, kebangetan dah. Pendek kata, harus bertanggung jawab. Yang benar kita ambil, dan yang salah kita buang. Inilah tantangannya bagi kita. Tentu, tantangan yang harus dihadapi dengan bijaksana dan butuh penyelesaian jitu. Iya nggak Sob?
Malah, kayaknya sekarang kita harus lebih cerdas lagi dalam menyikapinya. Bukan apa-apa, ekspansi bukan global ini makin berbahaya karena ditunjang dengan teknologi canggih. Jaringan internet misalnya Facebook, Twitter, YM, Friendster, sudah merupakan kebutuhan tersendiri. Dengan kata lain, bukan fasilitas mewah. Berarti setiap orang hampir bisa dipastikan mampu mengakses dengan mudah (bener ga? Hape 300 ribu aja bias internetan ko). Wah, padahal nggak semua informasi yang ditampilkan jaringan ini mendidik. Jadi, jaringan maya ini ternyata perlu diperhitungkan juga, Sob. Kenapa? Ya, itu tadi, karena di jaringan ini akses informasi nyaris tanpa batas dan sulit dibendung. (hati – hati tuh bagi kaum hawa, jangan mudah percaya sama orang yang baru kenal di dunia maya buat ketemuan, salah – salah kamu jadi korban Non)
Sob, budaya-budaya yang salah inilah yang sebenarnya sering ‘dijual’ oleh Barat dan Amerika kepada penghuni dunia ketiga (baca: dunia Islam). Dan celakanya, justru budaya ini yang laku. Lihat aja, remaja di negeri ini gayanya udah kayak remaja Paris or Amrik aja (terserah lu guwe gitu… semrawut lah pokoke). Mulai dari makanan, hiburan, dandanan, sampai gaya hidup. Udah gitu merasa bangga lagi. Malu-maluin aja! (eits jangan tersinggung y…)
Tetap Waspada
Nggak ada jalan lain kecuali waspada memang. Waspada dalam pengertian tidak mudah tergoda dengan budaya baru yang bukan berasal dari Islam. Kamu harus pilih-pilih dulu. Jangan langsung caplok aja. Pokoknya pandai memilih dan memilah. Dan perlu dingat, patokan yang kamu pakai untuk menilai budaya tersebut adalah ajaran Islam. Kalo menurut Islam haram, maka kamu jangan maksa mengambil atau melakukan sesuatu itu. Dan sebaliknya bila menurut Islam itu boleh atau halal, kamu nggak dilarang untuk mengambil atau mengamalkan­nya (nah baca sekali lagi dari WASPADA, musti diinget tuh katanya).
Well (boso opo kuwi mas?!!), jadi kamu dituntut untuk bisa bertanggung jawab. Dan itu cuma bisa dilakukan bila kamu udah paham tentang Islam. Maka, kalo belum paham soal Islam, jangan nekat melabrak. Harus tahu diri, berati kamu kudu belajar dulu tentang ajaran dan nilai-nilai Islam. Tapi memang harus diakui juga sih, penjagaan diri itu nggak cukup. Harus didukung oleh pengawasan masyarakat dan kekuasaan sebuah negara. Tujuannya? Supaya lebih joss!
Selain kita kudu waspada, kita juga nggak boleh menjadikan musuh-musuh Islam sebagai teladan atau teman kita. Apalagi kalo kita mau aja ngikutin gaya hidup mereka. Hati-hati, jangan sampai deh! Allah Swt. berfirman:
“Hai orang-orang yang beriman, janganlah kamu ambil menjadi teman kepercayaanmu orang-orang yang di luar kalanganmu (karena) mereka tidak henti-hentinya (menimbulkan) kemudha­ratan bagimu. Mereka menyukai apa yang menyusahkan kamu. Telah nyata kebencian dari mulut mereka, dan apa yang disembunyikan oleh hati mereka lebih besar lagi. Sungguh telah Kami terangkan kepadamu ayat-ayat (Kami), jika kamu memahaminya.” (QS. Ali Imrân [3]: 118).
Waduh, ngeri juga kan sob? Makanya nggak usahlah kamu bergaya hidup seperti kaum lain. Jangan sampai pengaruh jelek globalisasi menjadikan kamu lepas dari Islam. Karena ketika kamu terpengaruh dan kemudian ikut bergaya hidup seperti musuh-musuh Islam itu, berarti kamu telah menjadi pengikutnya (baca: temannya). Ih, syerem banget, atuuuuuuuuuuuut!
Makanya kamu nggak boleh latah ikut-ikutan budaya yang bukan berasal dari Islam. Nggak bener dan memang nggak baik. Bahkan kewajiban kamu adalah mengamalkan (ajaran) Islam, bukan ajaran kaum atau peradaban lain (bukan begitu Sob!!) . Karena tentu saja, dengan adanya globalisasi ini musuh-musuh Islam sengaja membuat jalan agar kaum muslimin—khususnya remaja—untuk mengikuti kehendak mereka. Ini jelas sangat berbahaya. Karena bila kita masuk perangkap mereka, alamat hidup kita ancur-ancuran, Brur. Nah, termasuk dalam urusan Valentine’s ini.
Karena pesta itu adalah bagian dari globalisasi budaya mereka. Ya, itulah gaya hidup mereka yang sengaja disusupkan ke benak kaum muslimin—khususnya remaja. Allah Swt menggambarkan bagaimana kebencian musuh-musuh Islam—yakni kaum Yahudi dan Nasrani—dalam menghancurkan ummat Islam. Firman Allah Swt.:
“Orang-orang Yahudi dan Nasrani tidak akan senang kepada kamu hingga kamu mengikuti agama mereka. Katakanlah: "Sesungguhnya petunjuk Allah itulah petunjuk (yang benar)". Dan sesungguhnya jika kamu mengikuti kemauan mereka setelah pengetahuan datang kepadamu, maka Allah tidak lagi menjadi pelindung dan penolong bagimu.” (QS. al-Baqarah [2]: 120)
Dengan demikian, kita wajib waspada, jangan sampai terjerumus mengikuti budaya dan gaya hidup selain Islam. Kita bisa menang kawan. Karena Allah sudah menjanjikan kemenangan itu. Tentu jika kita mau berupaya membela Islam. Firman Allah Swt.
“…dan Allah sekali-kali tidak akan memberi jalan kepada orang-orang kafir untuk memusnahkan orang-orang yang beriman.” (QS. an-Nisâ’ [4]: 141)
Sekali lagi Sob, pesta Valentine’s adalah bagian dari ekspansi budaya global. Dan sayangnya, pesta itu merupakan rencana jahat mereka untuk menghancurkan kepribadian Islam kita. Jangan salah, lho. Di balik ‘senyum manisnya’ tersimpan kebusukan. Hati-hati.
Ayo, kita harus bangga menjadi muslim!

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Pengikut